Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Dampak Degradasi Budaya di Kota Palembang Akibat Perkembangan Teknologi

Kota Palembang, sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang tak ternilai harganya. Palembang bukan hanya dikenal sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Palembang pada masa lalu, tetapi juga sebagai kota yang kaya akan tradisi dan kebudayaan Melayu. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, Palembang mengalami fenomena degradasi budaya yang mengkhawatirkan.  Perkembangan teknologi di era digital ini telah mengubah cara hidup masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk di Palembang. Penggunaan smartphone , internet, dan media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, terdapat dampak negatif yang tidak bisa diabaikan, terutama terhadap kebudayaan lokal. Salah satu dampak paling nyata dari perkembangan teknologi adalah hilangnya tradisi dan kearifan lokal. Masyarakat, terutama generasi muda, cenderung lebih tertarik pada budaya populer...

Jakarta Merubah Daku

Gambar
Dampak Jakarta dalam mengubah hidupku. Sebelum masuk ke dampaknya, bagaimana jika aku menceritakan sebagian hidupku dulu di Palembang? Aku terlahir di keluarga yang menurutku cukup berada. Namun, keluargaku satu ini terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana. Bagaimana tidak? Uang jajanku saat SMA saja hanya 20 ribu, itu saja sudah dengan ongkos pulang ke rumah. Aku harus mengutak-atik otakku agar memikirkan bagaimana uang 20 ribu itu cukup dipakai bahkan bisa bersisa untuk ditabung. Mungkin sebagian orang akan menganggap, "Ah! Itu mah malah lebih dari cukup di aku!" Tapi, bagiku sendiri sangat tidak cukup. Alasan utamanya sih pergaulan. Bagaimana tidak, teman-teman SMA-ku itu terkenal akan kehedonannya. Setiap harinya pulang sekolah pasti pesen gocar ke mall Palembang Icon atau Palembang Indah Mall. Duh, 2 mall ini terkenal akan kemahalannya. Ya, aku sebagai seorang yang 'gamau ditinggal sirkel' alhasil terpaksa mengikuti kemana pun teman-temanku ini pergi.  Berbeda ...

Jawa Barat Jadi Tempat Tujuan Migrasi Warga Palembang. Kok Bisa?

Gambar
Migrasi adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap sementara atau permanen di lokasi baru. Fenomena ini telah terjadi sepanjang sejarah manusia dan dapat bersifat domestik (di dalam satu negara) atau internasional (antarnegara). Penyebab utama migrasi meliputi faktor ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Di satu sisi, migrasi dapat menawarkan peluang ekonomi yang lebih baik, akses ke pendidikan yang lebih tinggi, dan kondisi hidup yang lebih aman. Di sisi lain, migrasi juga dapat disebabkan oleh konflik, bencana alam, atau perubahan iklim yang memaksa orang meninggalkan tempat asal mereka untuk mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih stabil di tempat lain. sumber: Publikasi Long Form SP 2020 Migrasi neto adalah salah satu indikator penting yang mencerminkan dinamika demografi suatu daerah. Kota Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, telah mengalami migrasi net sebesar -189.908 seperti pada tabel di atas. Angka ini menunju...

Tantangan ISPA terhadap Bonus Demografi di Kota Palembang

Gambar
Kota Palembang, sebagai salah satu pusat ekonomi dan budaya di Pulau Sumatra, Indonesia, menghadapi tantangan yang signifikan seiring dengan fenomena bonus demografi yang sedang dialaminya. Bonus demografi merujuk pada fenomena di mana suatu wilayah mengalami peningkatan dalam jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk non produktif. Banyak negara menjadi makmur karena mereka berhasil memanfaatkan bonus demografi ini. Oleh karena itu, Bonus demografi harus dioptimalkan semaksimal mungkin demi pertumbuhan ekonomi di kota Palembang. sumber: BPS kota Palembang Pada piramida penduduk kota Palembang di atas terlihat bahwa struktur penduduk kota Palembang didominasi penduduk dewasa dan produktif dari segmen umur 25-64 tahun yang mencapai 52,19 persen, usia anak sekolah dari segmen 10-24 tahun mencapai 23,26 persen, balita umur 0-5 tahun di kisaran 9,37 persen, dan lansia 65-75 + mencapai 6,13 persen. Dalam hal ini, bonus demografi pada gelombang pertama tahun...