Meningkatkan Kualitas Hidup Kota Palembang Melalui Sanitasi

Dibandingkan dengan sorotan yang sering kali tertuju pada keindahan alam dan kekayaan budaya, sanitasi di kota Palembang mungkin sering terlupakan. Namun, kenyataannya, sanitasi adalah pondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Mari kita telusuri lebih dalam tentang tantangan, inovasi, dan peran masyarakat dalam memperbaiki sistem sanitasi di tengah gemerlapnya kota Palembang ini. 

Sebelum masuk lebih jauh, ada baiknya jika kita mengetahui dahulu apa itu sanitasi. Pengertian sanitasi menurut Labensky dkk (1994) dalam Purnawijayanti (2001:2), adalah suatu penciptaan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan. Sanitasi meliputi fasilitas dan pelayanan untuk membuang kotoran manusia seperti feses dan urine dengan aman4. Sanitasi bertujuan untuk mencegah gangguan kesehatan fisik maupun mental yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak sehat.

Sanitasi layak merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Sanitasi yang layak berkaitan langsung dengan kesehatan dan penentu kualitas hidup masyarakat. Berdasarkan publikasi BPS yaitu Palembang Dalam Angka, mencatat bahwa pada tahun 2022 rumah tangga yang memiliki akses sanitasi yang layak di kota Palembang mencapai 92,66% rumah tangga. Dapat terlihat pula dari tahun 2018 hingga 2021, persentase tersebut terus naik dari angka 82,90% hingga 94,05%. Namun, pada tahun 2022 terjadi penurunan sebesar 1,39%. 


Program-program pemerintah dan inisiatif masyarakat telah membawa perubahan positif dalam hal sanitasi di Palembang. Misalnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang mulai menjalankan pengelolaan limbah menjadi air bersih di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sei Selayur. IPAL itu juga akan meningkatkan sanitasi air limbah di Palembang yang masih minim. Menurut Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan, air bersih dan sanitasi di Palembang memiliki akses 70%. Angka tersebut terbilang tinggi bila dibandingkan dengan kota lain di Indonesia. Namun, yang layak pakai baru 39%.

Sumber: IDN Times/Humas Kominfo, Pembukaan IPAL di Sei Selayur

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana mengatasi kesenjangan dalam akses terhadap sanitasi antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta meningkatkan ketersediaan fasilitas sanitasi yang memadai untuk seluruh penduduk. Hal ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mengembangkan solusi yang berkelanjutan dan inklusif.

Inovasi juga menjadi kunci dalam meningkatkan sanitasi di Palembang. Teknologi dan pendekatan baru dalam pengelolaan limbah, seperti sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan seperti yang telah dilakukan oleh Pemkot Palembang yaitu IPAL dan penggunaan energi terbarukan, dapat membawa perubahan signifikan dalam memperbaiki sanitasi kota. Selain itu, pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program sanitasi juga penting untuk memastikan keberlanjutan dan penerimaan oleh komunitas lokal.

Oleh karena itu, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi sanitasi di Kota Palembang dan mengidentifikasi peluang untuk melakukan perubahan positif. Melalui kerja sama antara berbagai pihak dan penerapan inovasi yang cerdas, kita dapat memastikan bahwa setiap penduduk Palembang memiliki akses terhadap sanitasi yang layak, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Budaya Suku Batak

Tantangan ISPA terhadap Bonus Demografi di Kota Palembang