Menelusuri Benang Kusut Kemiskinan Palembang
Kota Palembang, satu-satunya kota selain di ibu kota negara yang menjadi tuan rumah SEA Games dan ASEAN Games. Kota ini juga menjadi kota pertama dibangunnya LRT. Jika mendengar hal tersebut, pasti kita merasa betapa majunya kota ini. Dengan kemegahan Masjid Agungnya, keanggunan jembatan Ampera semakin menambah semaraknya kota ini. Namun, Palembang tidak terlihat seindah itu. Masih banyak titik-titik kemiskinan yang tentunya membuat daerah ini terasa nano-nano.
Meskipun kota Palembang sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 tahun 2013 tentang anak jalanan, pengemis, gelandangan, dan orang gila, pengemis ternyata masih dapat terlihat dengan mudah di sejumlah sudut kota Palembang. Contohnya di kawasan Jalan Angkatan 45 sekitar area mall elite di kota Palembang yaitu Palembang Icon dan Palembang Square. Tidak hanya satu dua yang terlihat. Bahkan sangat banyak jumlahnya.
Berdasarkan publikasi BPS, pada tahun 2014 hingga 2020, persentase penduduk miskin di Kota Palembang menurun konsisten yaitu dari sebesar 12,93% pada tahun 2014 hingga mencapai 10,89% pada tahun 2020. Hingga saat Covid-19 masuk ke Indonesia, kemiskinan pun tidak dapat terbendungi. Banyak warga Palembang mengalami PHK masal. Akibatnya, persentase penduduk miskin di kota ini mengalami peningkatan yang cukup pesat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Alhasil, persentase kemiskinan dapat ditekan menjadi 10,48% pada tahun 2022 dan kembali menurun di tahun 2023 menjadi 10,22%. Persentase tersebut berada di atas rata-rata nasional yaitu 9,36% pada Maret 2023 silam.
Jika kalian mendatangi kota Palembang, tentu tidak akan kaget dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi ini. Kita ambil contoh pada daerah rusun di belakang Palembang Indah Mall. Pada awalnya rumah susun ini diperuntukkan korban kebakaran 1981. Ini juga merupakan salah satu proyek kebanggaan pemerintah kota Palembang. Namun, lihatlah keadaan rusun ini. Terlihat kumuh dan berantakan padahal berada tepat di belakang mall elite. Bahkan rusun ini menjadi tempat prostitusi.
Lalu, ada rumah rakit yang mengapung di Sungai Musi. Seperti yang kita ketahui, kota Palembang memiliki sungai Musi yang membelah antara hulu dan hilir kota tersebut. Kondisi rumah-rumah tersebut ternyata banyak yang tidak layak. Di daerah tersebut masih banyak bangunan hunian lama sehingga kayu yang digunakan untuk membangun rumah tersebut kebanyakan sudah lapuk. Akibatnya, rumah mereka pun menjadi tidak layak untuk dihuni.
Sumber : sumeks
Meskipun kota Palembang sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 tahun 2013 tentang anak jalanan, pengemis, gelandangan, dan orang gila, pengemis ternyata masih dapat terlihat dengan mudah di sejumlah sudut kota Palembang. Contohnya di kawasan Jalan Angkatan 45 sekitar area mall elite di kota Palembang yaitu Palembang Icon dan Palembang Square. Tidak hanya satu dua yang terlihat. Bahkan sangat banyak jumlahnya.
Pemerintah kota Palembang telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kemiskinan, melalui berbagai program pembangunan sosial dan ekonomi. Beberapa di antaranya meliputi pemberian bantuan tepat sasaran kepada yang membutuhkan. Saat ini, pemerintah kota telah memberikan sebanyak 1800 paket. Lalu ada juga pemerataan kualitas pendidikan, peningkatan akses layanan kesehatan, pembangunan kota pariwisata, budaya dan olahraga yang harmonis, serta pembangunan integritas di masyarakat yang bersih, berwibawa dan profesional peningkatan akses pendidikan dan kesehatan.
Kemiskinan di Palembang adalah masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan holistik dan kerja sama dari semua pihak. Melalui upaya terpadu antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta dengan mengadopsi strategi yang inovatif dan berkelanjutan, ada harapan untuk mengurangi kemiskinan di Palembang. Langkah-langkah yang telah diambil merupakan awal yang baik, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua warga Palembang dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar